Asianmuslim.com - Masuk surga itu gampang, hanya dengan taat kepada Rasul SAW. Tapi, manusia yang tak ingin masuk surga lebih banyak. Karena perbuatan maksiat lebih gampang dilakukan.
Mereka yang tak suka surga, bukan karena zuhud. Melainkan karena tak tahu jalan, malas atau lebih mementingkan kenikmatan dunia. Sebab-sebab di atas membuat seseorang terbelenggu dan jauh dari taubat nasuha.
Dan inilah penghalang-penghalang taubat yang harus disingkirkan saat hendak taubat nasuha.
1. Membiarkan Berhala-berhala dalam Dirinya
Hawa nafsu adalah berhala yang disembah selain Allah. Ini dinyatakan dengan jelas oleh Allah dalam al-Qur‘an, “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan haewa nafsunya sebagai Tuhan-nya.” (QS. al-Furqan: 43)
Selain itu, tiba adalah berhala. Menipu adalah berhala. Tabarruj adalah berhala, dan semua yang digandrungi hawa nafsu dari apa yang dibenci Allah adalah berhala.
Taubat tidak ada artinya jika semua berhala di atas tidak dihancurkan dan dimusnahkan dari dalam diri seseorang. Taubat dengan membiarkan berhala bercokol semua bentuk berhala dalam jiwa seseorang adalah taubat yang yang palsu.
Berhala-berhala itu, jika dibiarkan, akan memperdaya dirinya, menipunya dan mengingatkannya pada sesembahan sebelumnya. Setiap kali ia mencoba bertahan, berhala-berhala itu terus menggodanya hingga ia kalah dan kembali pada masa jahiliyahnya. Dan batallah taubatnya. Karena itu, jika seseorang ingin bertaubat dengan taubat yang nasuha, maka ia wajib menghancurkan semua hal yang berkaitan dengan masa lalunya yang jahiliyah.
Seseorang yang kembali pada kesesatan setelah bertaubat, biasanya disebabkan karena ia masih berhubungan dengan sarana-sarana kemaksiatan berupa alat-alat musik gambar-gambar porno, harta haram, teman-teman wanita, gelas-gelas minuman keras, ganja dan lain sebagainya. Di sisi, lain, ada juga seseorang yang, bertaubat dan kembali ke dalam Islam. Ia pun bisa eksis (tsabat) dan tidak kembali pada kesesatan dan kemaksiatan. Itu diperoleh karena sejak awal taubatnya, ia berhasil menghancurkan semua yang ada kaitannya dengan yang diharamkan Allah Ta'ala.
Jadi, kalau penyanyi menghancurkan alat musiknya, kolektor gambar-gambar porno membakar koleksi gambar-gambar prnonya, peminum minum-minuman keras memecah gelas-gelas minuman keras, pecandu ganja membuang ganjanya, orang yang mempraktekkan riba menarik harta ribanya dan membagi-bagikannya kepada orang-orang miskin, dan wanita yang tadinya bertabarruj membakar semua pakaian minimya, maka itu adalah ulangan kisah Nabiyullah lbrahim. Beliau menghancurkan berhala-berhala yang disembah kaumnya.
2. Berada di Lingkungan Maksiat
Di antara perintang taubat nasuha ialah bertahannya seorang muslim di lingkungan yang penuh maksiat.
Dalam kisah taubatnya seseorang dari bani Israil yang telah membunuh seratus orang, orang alim berkata kepadanya, “Pergilah ke daerah sana, sebab di dalamnya terdapat orang-orang yang menyembah Allah. Dan sembahlah Allah bersama mereka dan jangan kembali lagi ke daerah asalmu karena ia adalah daerah yang tidak baik !”
Taubatnya seorang pelacur, tak kan punya arti jika ia masih tetap melacur. Demikian pula taubatnya seorang play boy, tak berarti jika ia masih tetap kumpul kumpul dengan para wanita. Seorang peminum “wajib” meninggalkan tempat-tempat minum-minuman keras jika ia ingin taubat nasuha.
Begitulah, jika seseorang ingin bertaubat dengan taubat nasuha, maka ia “wajib” meninggalkan tempat-tempat maksiat.
3. Tertarik pada Dosa
Perasaan tertarik kepada dosa terjadi karena lemahnya kualitas dan kuantitas taqarrub kepada Allah. Dan akibat langsung dari ketertarikan hati kepada dosa itu ialah didengarnya bisikan-bisikan syaitan dan tentara-tentaranya.
Ia bisa saja kalah oleh bisikan-bisikan syaitan itu. Jika tidak berupaya bangkit, maka tidak menutup kemungkinan ia kembali kepada kesesatan dan kemaksiatan untuk kedua kalinya.
Terapi untuk mengalahkan bisikan-bisikan syaitan ialah dengan menanamkan perasaan merasa diawasi Allah. Istighfar, membaca al-Qur'an, disiplin dengan dzikir setelah shalat-shakti wajib, qiyamullail, puasa, bersedekah dan muhasabah (intropeksi diri), merupakan amalan amalan lain yang bisa mendekatkan diri kepada Allah.
4. Tak Merasakan Kedekatan dengan Allah
Rasulullah SAW, dari Abu Hurairah, bersabda, “Seorang pezina tidak akan berzina jika ia dalam keadaan beriman, Seorang pencuri tidak akan mencuri jika ia dalam keadaan beriman. Dan seseorang tidak akan minum khamr jika ia dalam keadaan beriman.” (HR. Muslim).
Di saat seseorang melakukan maksiat, berarti ia lupa akan muraqabatullah (kedekatan Allah). Dan manakala muraqabatullah hilang dari diri seorang muslim, maka ia akan cenderung bermalas-malasan hingga pada akhirnya ia tak malu mengerjakan amalan-amalan yang merusak taubatnya.
5. Bergaul dengan Teman-teman yang Amoral
Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang itu sesuai dengan agama temannya, maka lihatlah dengan siapa ia berteman.“
Ini berarti seseorang pasti terkena pengaruh kawan-kawannya, baik pengaruh positif atau negatif. Seorang kawan yang shalih, akan memberi ta'tsir (pengaruh) positif kepada orang lain, Sebaliknya, orang yang tidak shaleh, ia akan menularkan pengaruh negatif pada orang yang menemaninya.
Jika bertaubat tak menghindar dari pergaulannya dengan kawan kawum yang tidak baik tak ada yang bisa menjamin ia bisa keluar dari lingkaran pengaruh negatif kawan kawannya itu. Bagaimana tidak? Misalkan A menertawakan sikapnya yang berusaha menjalankan islam. Sementara si B mengajaknya bernostalgia mengingat-ingat malam-malam yang pernah ia lalui. Si C juga menggodanya. la ngobrol dengan seorang wanita di depan matanya. Si D. E dan F di depannya membahas kisah-kisah buruk yang mereka lakukan di berbagai kesempatan dan seterusnya.
Sehingga, yang ia dengar dengan telinganya hanyalah seputar kata-kata jorok, umpatan, dan pelecehan. Bagaimana ia mampu bertahan sementara godaan-godaan maksiat dari iblis manusia dan jin menyerangnya siang dan malam. Dan selama itu, ia tidak mendapati orang yang mengingatkannya kepada Allah...?
Kondisi taubat seperti itu banyak ditemukan. Mereka tidak bergaul dengan orang-orang yang shalih setelah Allah memberinya hidayah, karena termakan media massa anti Islam. Akibatnya, mereka jatuh kembali, Bahkan kejatuhannya kali ini lebih parah daripada sebelumnya.
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah SAW mengibaratkan teman yang tidak baik dengan alat peniup api seorang tukang besi. Alat peniup api tukang besi itu bisa membakar rumah dan pakaianmu, dan engkau hanya mencium bau busuk dari orang tersebut.”
Dalam hadits yang lain. diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Rasul SAW bersabda, “Janganlah engkau bergaul kecuali dengan orang yang beriman dan jangan makan makananmu Kecuali orang yang mukmin.
Ali ra berkata, “Janganlah anda bergaul dengan teman yang jahat, sebab ia akan membagus-baguskan perbuatannya di depanmu dan ia menginginkanmu seperti dirinya…”
Salah seorang ulama salaf berkata, “Bergaullah dengan orang yang sikapnya membuatmu tidak lupa diri dan tutur katanya menunjukkanmu kepada Allah!”
6. Takut mati
Lupa atau takut akan kematian membuat orang yang bertaubat sulit komitmen dengan taubat yang nasuha. Sebab, setiap kali ia hendak beriltizam dengan Islam, ia juga ditarik-tarik oleh rasa rindunya kembali kepada masa lalunya dan menunda-nunda amal kebajikan. Itu terjadi ketika ia lupa akan kematian, yang tak pernah diketahui kapan datangnya selain Allah. Lupa akan kematian inilah perintang utama yang menghalang-halangi seseorang dari taubat yang nasuha. Wallahu A'lam bishshowab.